Kamis, 08 September 2011

ISENG KOK .. EH SUKA KE ‘CINA’

Di bulan Januari 2011 gue bertemu dengan wanita yang menurut pendapat gue sangat CantikIndahNanAnggun. Untuk tetap menjaga privasi wanita tersebut, gue singkat menjadi ‘CINA’. Walaupun sekilas menurut naluri gue sebagai pria dengan otak sedikit miring akibat kebanyakan mikirin bangsa INDONESIA yang selalu di bodohi oleh rakyatnya sendiri. (gaya) 

Wanita tersebut justru terlihat agak sedikit sombong, karena dia terkesan tertutup kepada orang lain, khususnya yang belum dia kenal. Melihat hal itu, naluri gue sebagai seorang pria dengan otak miring+menyukai nongkrong di warung kopi di bandingkan nongkrong di mall (emang gue alay yang hobinya nongkrong di mall) kembali timbul. Dan gue mulai mencari tahu tentang wanita tersebut. 

Entah lagi hoki layaknya menang cipir, ternyata wanita tersebut tertarik dengan sebuah organisasi yang kebetulan gue juga ikut. Gue pun semakin antusias untuk mengikuti organisasi tersebut, dengan harapan wanita CINA itu hadir. Selama satu minggu, ternyata harapan gue tidak terkabul. Si CINA gak pernah hadir dengan alasan yang gak gue ketahui.

Untuk memunculkan kembali harapan gue supaya bisa bertemu dan mengenal lebih jauh mengenai wanita tersebut. Gue mulai memberanikan diri untuk meminta no handphone wanita tersebut kepada ketua organisasi, yang kebetulan adalah teman baik gue. Walaupun sebenarnya gue tahu resikonya sangat besar, sebab gue akan  menjadi “manusia paling tolol” karena hinaan (baca:bercanda) yang di keluarkan setiap kami berkumpul.

Setelah gue mendapatkan no handphone si CINA, perasaan senang layaknya AC.Milan berhasil menjuarai Liga Champion pada tahun 2007 setelah mengalahkan Liverpool FC di final dengan skor 2-1. Ketika itu gol AC.Milan di cetak oleh F.Inzaghi. (loh kok malah ngomongin bola)



Ok kita balaik lagi ke topik. Dua hari kemudian, gue mencoba menghubunginya dengan beralasan membawa informasi dari ketua organisasi agar wanita tersebut hadir di pertemuan pada esok harinya.

Pada saat pertemuan organisasi tersebut, tidak nampak batang hidung dari si CINA. Dan gue pun tetap  berfikir bahwa si CINA pasti akan hadir. Kira – kira 10 menit berselang, si CINA hadir dan terlihat sangat elegan dengan pakaian yang dia gunakan berwarna abu – abu, celana jeans biru serta sepatu teplek.

‘Silahkan duduk’, sebut gue kepada si CINA.
‘Iya kak’, jawab si CINA.

Lalu dengan gaya yang agak sotoy layaknya ketua organisasi, gue pun memberikan penjelasaan mengenai organisasi kepada si CINA. Padahal dalam kenyataanya, gue ikut organisasi itu lantaran gak enak sama temen gue. Tapi dengan adanya si CINA, gue pun bicara dalam hati ‘Ternyata gak sia – sia juga gue ikut nie organisasi’. 

Setelah pertemuan itu, intensitas percakapan gue dengan si CINA berjalan sangat lancar (sama lancarnya ketika gue boker di setiap paginya). Setelah sering ngobrol, penilaian gue kepada si CINA selama ini ternyata SALAH BESAR. Si CINA itu sangat ramah dan senang bercanda setipe dengan gue. Hari demi hari gue lalui dengan penuh semangat (bukan karena si CINA tetapi emang gue baru dapet duit gara – gara bantuin temen gue jual motor).

Tiga minggu kemudian gue SMSan sama dia, di sela – sela waktu gue lagi ngapalin buat besok ujian bahasa Jepang. Ketika itu gue SMS dia sekitar jam 8 malem. SMSannya sedikit gue ubah yaitu nama wanitanya menjadi CINA demi menjaga privasi dia. Setelah di ganti, obrolannya pun telihat aneh dan bagi yang lagi baca gue saranin ke lo buat buru – buru bilang ‘PAIT … PAIT … PAIT … PAIT’. (kata – kata yang wajib di keluarkan ketika manusia normal yang sedang di godain banci di pinggir jalan). Berikut SMSannya :

‘Malem, Lagi ngapain CIN ?, SMS yang gue kirim terlihat seperti obrolan manusia ampibi (baca:banci) kepada sesama jenisnya.
‘Malem juga ka, lagi ngerjain tugas kuliah. Kenapa ka ?’, balas si CINA menaggapi SMS yang gue kirim.
‘Semangat … semangat dah ngerjain tugasnya. CIN, besok kuliah atau libur ?’
‘Libur, mata kuliah buat besok udah selesai. Jadi besok libur. Kenapa ka?. Ka sendiri kuliah atau libur?’.
‘Asik libur, bisa jalan – jalan dong?. Masuk, tapi cuma satu mata kuliah doang’.
‘Jalan – jalan kemana?. Orang gak ada yang ngajakin pergi, palingan besok di rumah aja’.

Wah membaca balesan SMSnya kaya gitu, insting hewan gue pun langsung meledak – ledak dan tanpa mikir lagi gue langsung buru – buru bales SMSnya. ‘Di rumah mulu gak bosen apa. Gimana kalo besok kita pergi?.’

‘Besok ka, bukannya ka kuliah. Kok malah ngajakin pergi’.
‘Iya sih, tapi besok pulangnya jam 10 ini. Kalo mau kita perginya jam 11an. Gimana?’.
‘Emang mau pergi kemana?’.
‘CIN maunya pergi kemana. Ka mah kemana aja ayo’.
‘Bingung sih mau kemana. Ka ada ide gak?’.
‘Nie kalo mau pergi di depok palingan ke Detos/Margo. Kalo ke Jakarta banyak. Dufan, Ancol, TMII, Taman Menteng, Taman Suropati’. (bego kenapa gue nyebutin nama Mall, mudah – mudahan dia gak mau).
‘Mmmmmm, kemana iya. Ke taman Suropati aja deh ka’.
‘Ok. Besok ketemu di Pekapuran iya jam 11 siang’.
‘Ok.’

Pada keesokan harinya, kami pun bertemu di Pekapuran setelah gue selesai kuliah. Si CINA datang agak sedikit terlambat dengan alasan macet. Gue pun memakluminya dan sambil menunggu dia datang, gue berbelanja 2 botol air (new green tea dan aqua) serta 1 bungkus Chitato di Alfamart guna mengusir jenuh gue. Setelah berbelanja wanita tersebut belum datang juga, padahal gue sudah menghabiskan 1 botol air Aqua. Rasa bosen pun sudah melanda pikiran gue, gue pun berinisiatif pergi membeli bensin.  Dari pada gue cuma diri di samping motor Beat Item gue, nanti malah di sangkaain tukang ojek lagi. Emang sih pas gue ngaca gak jauh beda gue sama tukang ojek. Yang ngebedain tukang ojek lagi sibuk maen catur, gue lagi sibuk mikirin "kapan iya Maria Ozawa maen film lagi di INDONESIA". (loh)

Pada akhirnya penantian gue terhadap wanita tersebut tidak sia – sia, karena wanita tersebut dateng dengan berpenampilan menawan layaknya seorang putri yang baru jatoh dari langit (untung aja bajunya gak sobek – sobek, kalo iya bisa di sangkain gue pengen memperkosa gembel). Penampilannya pada waktu itu, dia menggunakan kaos berwarna merah, celana jeans item serta lagi – lagi dengan sepatu teplek khasnya (biar gampang lari kali iya, kalo di kejar anjing. Bisa kali di pinjem).

‘Maaf ka lama, udah lama nunggu iya’, ucap CINA dengan tampang polosnya.
‘Ah … gak kok, ini baru aja dateng’, jawab gue dengan cool. Padahal di dalem hati gue uda mau bilang ‘Bukan lama lagi, liat aja ke bawah nie kaki ampe berakar’ tapi gue urungkan niat busuk gue itu.

Tanpa membuang waktu lama, kami pun langsung berangkat menuju taman suropati dengan motor Beat Item. Perjalanan selama 1 jam dengan di temani panasnya suhu di Jakarta terasa sangat singkat. Karena di sepanjang jalan kami membicarakan hal – hal yang menurut kami sangat menarik. Dari mulai bahas organisasi sampai bahas Video Ariel-Luna-Tari asli gak iya (kalo itu gue ngarang).

Sesampainya di sana, bertepatan dengan berkumandangnya adzan Dzuhur di masjid setempat. 

‘Gak shalat Dzuhur dulu ka?’, tanya si CINA ke gue.
Hening.
‘Shalat iya, yaudah yug ayo’, jawab gue dengan tegang. (mampus gue, nanti gue baca surat apaan. Orang gue aja baru belajar shalat).

Untung aja pas lagi jalan gue make celana panjang, dan semalem gue gak jadi mesum sama manusia ampibi (baca:banci) jadi gak perlu mandi wajib. Akhirnya kami berdua menuju masjid sunda kelapa. Di perjalanan menuju ke masjid, gue memikirkan cara supaya nanti gak shalat berjamaah sama si CINA. Soalnya bisa mampus gue nanti di kutuk jadi batu gara – gara bacaan shalat gue yang belum beres malah jadi imam. Keberuntungan gue timbul, di sana juga lagi banyak yang shalat. Gue pun batal jadi imam (Alhamdulillah gue gak jadi di kutuk jadi batu). 

Sebenarnya gue bisa di kategorikan manusia yang baru belajar agama. Gue tumbuh di lingkungan yang kurang sehat. Dulu temen – temen gue itu ada yang hobi ngeganja, mabok, ngerokok, judi, makan, minum dan tidur (goblok semua orang juga butuh makan, minum, tidur). Iya walaupun gue gak ngeganja, mabok, dan ngerokok tapi gue tumbuh menjadi seorang manusia sedikit dongo yang lebih senangnya maen sampai lupa waktu pulang (bang toyib kaleee).

Setelah kami selesai shalat, kami kembali menuju taman suropati untuk mengobrol sambil makan Chitato dan di temani sama burung serta air mancur yang sedang menari – nari (baca:air mancurnya muter). Kami bercerita tentang kehidupan dan hobi kami. Sampai suatu hal yang membuat gue terkejut. Wanita tersebut sama seperti gue berasal dari kelurga yang tidak berjalan sesuai impian kami. Yaitu tumbuh hanya dengan salah satu orang tua. Tetapi yang membedakan dari kami : wanita tersebut jauh lebih dewasa+sabar serta bisa menerima kenyataan, sedangkan gue berbanding terbalik dengan dia. Gue menjadi amat sangat buas karena salah pergaulan.

Tanpa terasa waktu sudah mulai sore dan matahari pun mulai bergerak menuju barat. Dan kami memutuskan untuk pulang kerumah. 

‘Pulang yug ka’, ajak si CINA ke gue.
‘Yaudah ayo, tapi bentar CIN nanggung ngabisin Chitato dulu’, jawab gue sambil memperkosa dia (eh salah maksudnya Chitato).
Kami berdua lalu bergegas pulang. Berhubung mulut sedikit asem akibat terlalu banyak mengobrol, gue pun menawarkan wanita tersebut untuk makan.

‘Makan yug, mau gak CIN’, tanya gue sambil mengendarai motor.
‘Gak ah ka, tadi di rumah udah makan’, jawab si CINA.
‘Yaaah, yaudah nanti kita ngemil di pancong aja dah. Pancongnya enak CIN. Mau gak?’.
‘Yaudah terserah ka’.

Sesampainya di Pancong yang berada di Jl.Arif Rahman Hakim, Depok. Yang terkenal dengan tukang parkirnya yang KEJAM. Sebab siapapun yang beli pancong di sana, entah di bungkus kemudian menunggu di motornya, tanpa basa – basi tetap saja di kenakan biaya parkir. Sungguh tidak berprikepancongan.

Di sana gue langsung memesan 2 buah pancong keju. Sambil memakan pancong, kami berdua pun berbincang seputar pancong tersebut.

‘Gimana pancongnya CIN. Enak gak’, tanya gue.
‘Enak sih tapi kemanisaan’, jawab dia. Mungkin dia takut diabetes kali. Soalnya dia udah terlihat manis malah makannya yang manis juga. (loh)

Dalam waktu kurang dari 5 menit pancong di piring gue udah abis. Si CINA pun heran+takut melihat gaya makan gue yang sangat buas. Mungkin isi di kepalanya pada saat itu tersimpan kata – kata berikut. ‘Jangan – jangan nanti abis makan pancong, gue lagi yang di makan. Awas aja kalo berani gue cium baru tau rasa’. (ngarep)

‘Laper apa doyan ka’, tanya si CINA.
‘Hehehehe .. Doyan CIN, soalnya keju’, jawab gue sambil garuk – garuk pala.
Emang dasar gue dongo, gue lupa kalo gue lagi makan sama cewe bukan lagi sama kuli bangunan. Mudah – mudahan tuh cewe gak najis sama gue setelah melihat kelakuan buas gue.

Selesai makan cemilan tersebut. Gue pun mengantar CINA pulang ke rumahnya. Ternyata rumahnya agak jauh, jadi wajar aja ketika tadi siang dia agak sedikit telat. 

Sesampainnya gue di rumah wanita tersebut, gue pun di tawarkan untuk mampir di rumahnya. Berhubung langit sudah terlihat gelap dan terlihat kurang bersahabat, gue memutuskan untuk menolak tawaran wanita tersebut. Lalu gue bergegas meninggalkan dia untuk pulang ke rumah.

Tepat setelah gue sampai di rumah, hujan pun mulai turun sangat deras. Dan lagi – lagi  beruntungnya gue, karena keputusan yang gue buat ternyata tepat. (tau gitu harusnya semalem gue masang togel, siapa tau aja menang. hehe)

Hampir satu bulan kemudian kami hanya berkomunikasi melalui handphone dan itu pun dengan intensitas yang bisa di anggap jarang, karena kami memiliki urusan yang bisa dikategorikan sangat penting. Di sela – sela kesibukan gue, gue masih sempet belajar dari ulang bacaan shalat (malu juga gue sama si CINA, masa gak bisa shalat). Sumpah saking liburnya nie otak karena jarang di gunain, gue mesti nulis tuh bacaan shalat di hp gue. Gue emang tolol. (tumben sadar)

Bertepatan 2 bulan setelah perkenalan, kami kembali jalan ke Margo (terpaksa). Walaupun pada awalnya gue ingin pergi ke toko buku yang ada di daerah Jakarta Timur untuk mencari buku bahasa Jepang, soalnya gue males nongkrong di mall (alay banget). Dan seketika rencana itu batal akibat di jalan sangat macet total. Bukan … bukan .. karena si komo atau ada yang mati ketabrak bajaj, tetapi ketika itu adalah akhir pekan (kampret). 

Tiba di Margo, kami pun segera menuju toko buku yang kebetulan ada di lantai 2. Kami pun mulai mencari buku yang ingin gue cari yaitu buku mengenai pelajaran bahasa jepang. Berhubung buku yang gue cari tidak ada, gue pun mengalihkan buruan gue ke sebuah novel. Kebetulan gue lagi hobi – hobinya membaca sebuah novel. Tetapi novel – novel yang di tawarkan di sana mayoritas adalah tentang percintaan. Gue pun tidak tertarik dengan novel tersebut, sebab menurut gue yang gue butuhkan pada saat itu adalah novel yang berisikan tentang pelajaran. Entah itu pelajaran formal ataupun informal yang biasanya yang berasal dari pengalaman seseorang yang dia tulis menjadi novel. Sebab gue ingin mendapatkan hal – hal positif yang bisa membantu gue menjadi lebih baik dari sebelumnya, kalo soal percintaan mah gue juga ngarti tanpa perlu baca. (sombong)

Tanpa terasa waktu sudah menunjukan pukul 6 sore, gue memutuskan untuk shalat di Detos soalnya di Margo penuh sesak. Kali ini bacaan shalat gue udah meningkat, dari tadinya di kutuk jadi batu paling sekarang di kutuk jadi kampret. Kemudian buru – buru  untuk pulang. Karena gue masih ada janji lagi dengan teman – teman gue untuk pergi ke Kota Tua untuk melihat pertunjukan maping yang diadakan di sana setiap 1 minggu guna menyambut Hut Kota Jakarta. Kali ini, gue shalat berjamaah tanpa si CINA soalnya dia lagi dapet diskon 50% (emangnya belanja barang obralan di mall).

Selesai shalat, ternyata di luar cuaca sudah hujan, terpaksa kami berteduh di tangga keluar Detos. Sambil menunggu hujan berhenti, gue berinisiatif untuk mengajak CINA membeli cemilan. Kami pun sepakat untuk membeli susu serta cemilan agar perut tidak begitu laper, sebab hujan yang turun sangat deras sekali membuat cacing gue demo (bukan akibat dia gak suka sama presiden INDONESIA tetapi emang gue belum makan). Sambil menunggu hujan reda, kami berbincang – berbincang mengenai aktifitas di rumah, dari keahlian si CINA yang bisa masak. Sampai tiba – tiba wanita tersebut mengatakan kalo dirinya waktu zaman sekolah di SMA sudah hidup mandiri dengan mengekos di dekat sekolahnya, karena sekolah dengan rumahnya sangat jauh.

Mendengar hal tersebut, seketika gue terkejut dan memikirkan bermacam – macam pikiran aneh tentang si CINA. Sebab belajar dari pengalaman hidup gue, mayoritas anak SMA itu adalah fase di mana pencariaan jati diri seseorang. Apakah menjadi lebih dewasa atau terperangkap dengan pergaulan bebas di era modern yang sudah tidak memiliki batas norma – norma agama. Berhubung udah 1 jam lebih kami nungguin ujan gak reda – reda+ kaki udah pegel, gue pun langsung memutuskan untuk pulang. Walaupun hujan sebenarnya masih bisa digolongkan deras. Kami pun menerobos hujan, baju wanita tersebut tidak terkena hujan sebab dia memakai jas hujan yang ada di motor gue dan gue hanya menggunakan jaket biasa yang sudah pasti tertembus oleh hujan. Sebelum berangkat tidak lupa gue berdoa ‘semoga sempak gue gak basah’ soalnya gue mau pergi lagi.

Akhirnya kami selamat sampai di tujuan yaitu rumah si CINA. Dan seperti ketika waktu pertama nganterin dia pulang, CINA kembali menawarkan untuk mampir di rumahnya. Untuk tawaran kali ini gue menerimanya, berhubung gue merasa kedinginan dan ingin sekali beristirahat sejenak setelah di terjang oleh hujan secara keroyokan (iyalah kalo sendiri berarti gue baru di ludahin sama si CINA). Di sana gue di sediakan secangkir teh manis hangat yang bisa menghilangkan rasa dingin yang hinggap di tubuh gue sambil menumpang mengecas handphone yang kebetulan baterainya memang sudah bocor sehingga cepat sekali habis (maklum handphone jadul).

Di karenakan waktu sudah malam dan gue masih ada janji dengan teman gue, gue bergegas untuk pulang dan menuju kediaman teman gue dengan baju cukup basah walaupun masih ada yang kering yaitu sempak tetap kering. Hahahahaha

Di sepanjang perjalanan pulang, gue terus memikirkan tentang perbincangan yang terjadi sebelumnya dengan wanita tersebut. Hampir selama 2 minggu pikiran itu terus menghantui pikiran gue. Dari pada gue buang – buang waktu ngedeketin dia tapi gak ada kejelasan ‘mau di bawa kemana hubungan kita’ (armada kali). Yaudah gue lupain dia aja dan sempet jadian sama cewe lain (walaupun pada akhirnya kandas).
Sampai gue nulis cerita ini, kami masih suka saling sapa apabila bertemu dan sesekali berkomunikasi yang menyangkut kepentingan pribadi atau pun sekedar mencari informasi tentang hobi kami berdua yaitu belajar bahasa Jepang.
Untuk terakhir kalinya dan masih menjadi pertanyaan di benak gue. Apakah keputusan yang gue buat itu bener atau tolol ?????? .

Gue pun belum mengetahuinya sampai detik ini. Walaupun sebenarnya gue akui gue sempat tertarik ke dia dan gak peduli juga sama masa lalunya. Emang pada awalnya gue tertarik sama dia karena fisiknya. Menurut gue itu normal, cuma orang bego yang mau pacaran sama yang bentuknya ANGKER (ex:KUNTILANAK). 

Tapi setelah lebih jauh gue kenal sama dia, gue lebih tertarik sama sikapnya yang seakan – akan bisa merubah pandangan gue mengenai hidup. Kalo hidup itu bukan cuma seneng – seneng doang, melainkan kita harus bersyukur kepada Allah SWT atas semua rahmat+karunia yang di berikan serta menerima semua cobaan yang Allah SWT berikan dengan penuh sabar. Di tambah lagi dia bisa masak, tau dah enak apa gak kalo dia masak. Soalnya gue belum pernah nyobain. Iya sapa tau aja dia lagi iseng – iseng maen internet, gak sengaja ngebaca tulisan gue. Bisa kali kirimin masakannya ke rumah gue pas gue ulang tahun. (ngarep)

Arigatou Gozaimasu untuk waktunya wahai wanita CantikIndahNanAnggun (CINA).

3 komentar:

  1. coret terus brur,,, asal jangan corat coret di kartu bayaran ahahahaha

    BalasHapus
  2. Ok dah om Waqi.. Geber terus dah... Awas hati-hati sempak nya bolong.. hahahahaahaaa

    BalasHapus
  3. hahahahaha tenang bos.
    gue pake sempak besi, jadi gak bakalan bolong :)

    BalasHapus