Selepas
nonton Barcelona VS AC.Milan di tv. Gue terinspirasi buat nulis tentang sepak
bola. Tulisan gue bukan tentang sejarah atau atribut tentang sepak bola (kalo
tentang itu mah lo bisa dapet lebih lengkap dari internet). Tapi tentang
pengalaman gue mengenai pertama kali gue kenal sepak bola sampai suka dukanya
gue menjadi seorang supporter sepak bola.
Pertama
gue kenal sepak bola dari gue masih berusia 5 tahun, waktu itu gue di kenalin
sepak bola dari om gue. Dia juga yang pertama kali ngasih bola plastik ke gue.
Gue sama om gue main di tanah kosong (kalo sekarang tanah itu udah berubah jadi
perumahan). Maklum aja di INDONESIA lagi sibuk-sibuknya ngebangun perumahan.
Dan itu juga yang ngebuat INDONESIA miskin lapangan sepak bola yang layak untuk
di mainkan oleh anak-anak.
Hal
ini jelas terjadi (contoh nyata di buat di film ‘GARUDA DI DADAKU’), banyak
anak kecil yang ingin bermain sepak bola sangat sulit. Dengan terpaksa akhirnya
bermain di pinggiran jalan atau main di emperan toko. Khusus untuk anak kecil
yang memiliki orang tua dengan uang bergelimpah (baca:tajir) dia bisa saja
menyewa lapangan sepak bola, tapi untuk kalangan bawah hal itu justru MUSTAHIL.
“Jangankan
untuk menyewa lapangan sepak bola, untuk makan saja sulit”. Mungkin itulah
kalimat yang cocok menggambarkan kehidupan anak kecil yang kurang beruntung di
INDONESIA. Dengan semakin sulitnya lapangan sepak bola yang memadai, bukan hal
yang aneh kalo timnas INDONESIA sampai pertengahan tahun 2011 prestasinya
semakin menurun di mata dunia. Meskipun sepak bola INDONESIA sempat bangkit di
akhir tahun 2010 di ajang piala AFF. Walaupun hasil akhirnya, timnas INDONESIA
belum beruntung merebut gelar juara dan harus puas berada di posisi 2.
Begitulah
sepak bola, kalah atau menang itu hal biasa. Tapi satu hal yang pasti, gue gak
akan pernah merubah keyakinan gue untuk tetap mencintai timnas INDONESIA.
‘Garuda di dadaku’
Tadi sekilas fenomena yang terjadi di dunia sepak bola INDONESIA belakangan ini. Semoga saja para pengurus PSSI yang baru, bisa membentuk timnas INDONESIA yang berkualitas serta bisa membuktikan kepada seluruh dunia ‘NEGARA INDONESIA ADALAH NEGARA BESAR’ (Amien).
Ok
kita balik lagi ke topik tulisan gue, dari perkenalan sepak bola yang secara
singkat dari om gue. Setahun kemudian, gue mulai tertarik untuk menonton
pertandingan sepak bola. Waktu itu gue langsung ngefans sama ‘David Beckham’
(pada era itu Beckham adalah sepak bola yang sangat fenomenal berkat teknik
bermain sepak bola yang sangat bagus+tampang menawan+tatanan rambutnya yang
menjadikan Beckham begitu di idolai). Karna gue ngefans sama Beckham, secara
tidak langsung gue jadi fans setia Manchester United (MU).
Gue
emang ngefans sama beckham, tapi bukan berarti posisi gue setiap main sepak
bola sebagai gelandang. Posisi favorit gue adalah penjaga gawang. Menurut gue,
posisi itu sangat bagus. Apalagi gue bisa memukul kepala orang ketika terjadi
duel di udara (maaf iya, abis gue kesel juga di beri tendangan kenceng. Jadi
setiap ada kesempatan, kenapa gak. Hehe).
Ngomong-ngomong
soal penjaga gawang, idola gue adalah ‘Buffon’. Gue ngefans sama dia ketika dia
menjaga gawang ITALIA dengan begitu gagahnya. Terbukti pada piala dunia 2006,
Buffon cuma kebobolan 2 gol. Satu dari gol bunuh diri ‘Zaccardo’ (maaf kalo
penulisan namanya salah, abis gue lupa) dan satu lagi dari ‘Zidane’ itupun cuma
lewat pinalti. Alhasil ITALIA berhasil meraih juara dunia. Meskipun ada kejadian
yang gak mungkin di lupakan oleh pencinta sepak bola di seluruh dunia, ketika
Zidane menyundul dada Materazzi yang mengakibatkan Zidane harus menerima kartu
merah oleh wasit.
Suka
duka menjadi penjaga gawang gue lalui selama 6 tahun. Dari 3 hari gue gak bisa
nulis di sekolah gara-gara jari gue kecengklak akibat nahan tendangan pinalti.
Sampai mencentak gol waktu ketika gue bermain sebagai pemain bertahan. Abis
kalo jadi penjaga gawang susah golin ke gawang lawan, yang ada gue kejebolan.
Masuk
SMP, gue udah gak maen lagi sepak bola secara rutin, paling cuma berberapa
kali. Soalnya mata gue udah mengalami minus. Akibat hobi TOLOL gue maen Play
Station (PS) di rental sampai gak kenal waktu. Di rental PS juga lah kenangan
manis gue sama Beckham dan MU harus berakhir. Gue jadi ngefans sama AC.MILAN.
Hal ini terjadi soalnya pemilik rental PS adalah seorang milanisti (sebutan
untuk fans setia AC.MILAN). Setiap gue maen PS, dia selalu bercerita tentang
kehebatan AC.MILAN. Dari tadinya gue gak tau apa-apa, sampai akhirnya gue
penasaran juga sama AC.MILAN dan pengen ngebuktiin bener atau gak yang di
ceritain sama pemilik rental PS.
Gue
pun rela menyisihkan uang jajan gue untuk membeli koran bola, majalah bola,
sampai gue dapet kebenarannya. Alhasil semua omongan pemilik rental ternyata semuanya
benar. Awal gue ngefans sama AC.MILAN akibat ada sesosok bek tangguh yaitu ‘Paolo
Maldini’ yang lebih akrab di panggil Maldini. Gue pernah ngebaca di salah satu
koran ternama di INDONESIA menyebutkan kalo AC.MILAN pernah terdegradasi ke
SERI B, tapi Maldini gak tergoda sama rayuan tim lain untuk meninggalkan
AC.MILAN meskipun di janjikan akan diberi gaji lebih besar. Berkat kesetiaanya
nomer punggung 3 yang dia gunakan akan di pensiunkan. Jadi gak akan ada lagi
orang yang berhak memakai nomer tersebut selain dari izin Maldini.
Kesetiaan
tersebutlah yang akhirnya membuat gue mencintai AC.MILAN. Malah saking
cintanya, temen-temen di SMP gue udah pada berharap bisa pergi haji tapi gue
malah lebih milih pergi ke ITALIA tepatnya kota MILAN untuk bertemu Maldini.
Akibat itu juga gue di ketawain sama temen-temen gue (maklum namanya juga anak-anak).
Emang
sih AC.MILAN sempet dateng ke INDONESIA, sayang ketika itu gue belum ngefans. Pada
tahun 2011 AC.MILAN dateng lagi, gue tetep gak nonton langsung ke stadion soalnya
Maldini gak ikut dateng ke INDONESIA. Gue cuma nonton di tv sorak-sorak kaya
orang goblok pas ada gol yang tercipta.
Duka
selama gue menjadi fans setia AC.MILAN udah gak terhitung lagi. Dari gue sakit
hati ngeliat AC.MILAN kalah dari LIVERPOOL di final Liga Champion di tahun
2005, harus rela pemain kesayangan gue (Maldini) pensiun karna faktor usia,
BANGSATNYA ‘SHEVA’ pindah ke CHELSEA, GONDOKNYA ketika ‘KAKA’ pindah ke REAL
MADRID. Saking GONDOKNYA, gue sempet marah-marah gak jelas di depan mantan
pacar gue buat ngelampiasin GONDOKNYA gue yang gue alamin.
Sukanya
selama gue menjadi fans setia AC.MILAN juga udah gak terhitung lagi. Dari juara
SERI A sampai yang terakhir di tahun 2011, menang tarohan waktu SMA kalo di
total bisa 1 juta lebih kali pertahunnya (untuk kalangan pelajar 1 juta udah
besar banget loh, tapi pliss jangan di tiru), sampai puasnya gue ngeliat
AC.MILAN berhasil juara Liga Champion di tahun 2007 setelah di semi final mengalahkan mantan klub
kesayangan gue (MU) dan berhasil membalas dendam sama LIVERPOOL di final Liga
Champion.
Gak
adil kayanya kalo gue cuma cerita tentang tim kesayangan gue yang berasal dari
luar INDONESIA. Khusus di INDONESIA, tim kesayangan gue adalah ‘PERSIJA
JAKARTA’. Kenapa gue suka PERSIJA dan bukan tim lain ?, Jawabannya simple,
karna gue berasal dari JAKARTA. Jadi gue langsung cinta gitu aja sama PERSIJA.
Abis di pikiran gue cuma satu ‘kalo bukan gue yang berasal dari JAKARTA, siapa
lagi yang mau dukung tim asal daerah sendiri’.
Prinsip
seperti itulah, yang di lakukan para pesepak bola di luar negri (contoh: Rooney
sukses di MU, tapi tetep dia masih cinta sama EVERTON. Hal ini di ajarkan juga
kepada anaknya). Meskipun dia main+sukses di tim lain, tapi di hati dia masih
selalu ada tempat khusus buat tim kelahirannya.
Emang
sih gara-gara PERSIJA terkadang gue harus rela berpanas-panasan, manjat pager
tol ampe celana gue bolong kena kawat (emang supir GOBLOK nuruninnya di tol),
duit abis buat beli tiket, nyanyi-nyanyi buat mgedukung PERSIJA di stadion,
kesambit botol aqua waktu lagi pada supporter emosi, akibat pemain lawan
melakukan tekel kasar. Uuups … kalo itu temen gue yang kena bukan gue, hehehe.
Tapi
itu semua bakalan terbayar lunas ketika tim kesayangan gue menang+pemain
favorit gue (Bambang Pamungkas) golin. Apalagi menangnya sama tim yang selalu
menjadi lawan rival terbesar. Menang sama rival terbesar hukumnya WAJIB. ‘Tim
gue boleh kalah sama tim mana pun, tapi gak boleh kalah sama rival abadi dari
tim kesayangan gue’.
Ngomongin
soal rival terberat. Tian temen akrab gue adalah pendukung setia ‘PERSIB
BANDUNG’. Kami selalu ejek-ejekan ketika tim kami berdua bertanding. Tapi
setelah pertandingan berakhir, kami akan kembali berteman seperti biasanya.
Kami bersaing ketika tim kami sedang bertanding dan persaingan selesai setelah
tiup peluit panjang dari wasit tanda berakhirnya pertandingan.
Andai
aja itu bisa di lakukan oleh semua supporter di INDONESIA. Pasti bakalan seru
banget, kaya di liga-liga Eropa. Di stadion bakalan gabung 2 supporter besar dari tim yang mereka bela. Tian
bisa dateng ke stadion senayan dan gue bisa dukung PERSIJA langsung ke Bandung
dengan selamat (AMIEN).
Gue
udah pernah ngerasain satu stadion sama supporter dari rival tim kesayangan gue.
Hal ini terjadi ketika kami mendukung timnas INDONESIA. Gak ada tuh ejekan atau
ribut ketika sesama pedukung timnas. Malahan yang ada, gue sama dia saling
bantu ketika ngantri tiket timnas yang sulitnya minta ampun .Sebab para CALO
BANGSAT memanfaatkan momen timnas untuk mencari keuntungan. Untung kalo beli
tiket PERSIJA gak sesulit beli tiket timnas. Semoga aja kejadian mendukung
timnas tersebut bisa tertular di level club.
Untuk
terakhir kalinya. STOP KEKERASAN SESAMA SUPPORTER , TIM BOLEH BEDA. TAPI
JUNJUNG TERUS SPORTIVITAS KALIAN. KALAH ATAU MENANG HAL BIASA DI SEPAK BOLA.
DAN
KETIKA MENDUKUNG TIMNAS INDONESIA, LEPASKANLAH HAL-HAL MENGENAI CLUB UNTUK SEJENAK. MARI KITA DUKUNG
TIMNAS INDONESIA AGAR BISA BERJAYA DI LEVEL ASIA DAN INTERNASIONAL.
GAK
ADA LAGI CALO BANGSAT ATAU BIROKRASI YANG BERBELIT DARI PIHAK PSSI.
KAMI
INGIN DUKUNG TIMNAS KENAPA DI BIKIN SULIT. KALO LO MASIH TETEP JADI CALO,
MENDING LO JADI CALO DI LUAR NEGERI. BUKAN DI NEGARA SENDIRI DENGAN MEMPERSULIT
KAMI UNTUK MEMBELI TIKET TIMNAS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar